Telepon Umum
Telepon Umum adalah sebuah fasilitas umum yang di kelola oleh PT Telkom yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat untuk berkomunikasi dan dalam perkembangannya fasilitas ini ada yang di selenggarakan atau dikelola oleh pihak swasta yang lebih dikenal dengan Wartel (warung telekomunikasi)
Dari sekian banyak icon di Generasi 90an akhirnya saya memilih untuk membahas mengenai Telepon Umum ada beberapa hal yang melatar belakangi kenapa saya memilih Telepon Umum menjadi materi pembahasan.
Pertama karena jujur saja saya mempunyai beberapa pengalaman yang sering membuat saya tersenyum simpul bila melihat wujud dari Telepon Umum ini karena ada beberapa pengalaman yang bertemakan Telepon Umum untuk lengkapnya mungkin akan saya tuturkan dipostingan tersendiri tapi untuk postingan ini mungkin saya akan menuturkan satu cerita saja.
Cerita ini ketika saya masih SMP seperti layaknya anak yang lain saya juga mulai merasakan sebuah perasaan yang begitu aneh tapi mengasikan, aneh karena tiba-tiba saya suka melihat sosok itu diam diam, hati terasa berdebar kalauw tersebut namanya jadi kaya lirik lagu Ebet G Ade yah tapi itulah yang betul-betul saya rasakan waktu itu. Dan yang paling parah adalah saya mau betul ngobrol dengan sosoknya tapi anehnya selalu ada rasa malu yang menyelimuti saya dan walauw dipaksakan malah tambah grogi dan salting gajelas.
Akhirnya karena saya tidak bisa mengalahkan rasa itu saya tekadkan untuk menjadikan Telepon Umum sebagai solusinya padahal saya sama itu sosok satu kelas. Entah apa yang ada di benak saya waktu itu tapi itulah yang yangterjadi dengan tekad 45 saya sisihkan uang jajan harian dengan asa agar akhir pekan terkumpul sejumlah uang untuk mewujudkan tekad saya.
Dan akhirnya waktu itu pun tiba, sabtu sore jam setengah 5 sore kenapa sabtu karena saya harus mengumpulkan dana dulu kenapa jam setengah lima sore karena menurut kalkulasi saya Telepon Umum betul-betul dalam kondisi sepi karena saya masih ingat betul letak Telepon Umum antara kantor kelurahan dan mesjid jadi kalauw jam empat masih banyak orang baru pulang dari mesjid kalau jam setengah enam banyak anak yang mau mengaji.
Singkat cerita saja dengan tangan begetar (dan itu memang betul-betul begetar bukan karean saya mau mendramatisir keadaan) saya masukan koin terus saya tekan nomor rumah sososk itu sesaat kemudian ada suara wanita di seberang sana.
Mendengar suaranya kayanya umurnya diatas saya, dengan nada terbata bata saya utarakan maksud saya kemudian dia jawab "yah nanti saya panggilkan ibunya yah"
Otak saya langsung berpikir ko panggilan Ibunya?
Begitu banyak pikiran yang berkecamuk di otak saya diperparah lama betul manggilnya, tidak terasa dah berapa koin yang harus saya masukan lagi karena terdengar suara peringatan.
Akhirnya saya dengar suara ibu-ibu langsung bertanya "Mau bicara dengan xxx yah? dia menyebut sosok yang saya maksud
Dengan pelan saya berujar iyah, tapi jawaban Ibu itu begitu membuat hati saya hancur "Maaf dek ini bukan rumah xxxx coba berapa nomor kawannya adek?
Saya sebutkan dan Ibu itu menyebutkan nomor rumah dia dan nama anaknya dan memang ada beda satu angka
Dengan sedikit kecewa saya pamit sama Ibu itu dan diakhir percakapan kami Ibu itu berujar "emang banyak yang salah sambung ke sini makanya ibu tau nama kawannya adek"
Sebuah perkataan yang setelah kelas tiga baru saya ngeh maksudnya ternyata banyak kawan saya juga yang salah sambung ke no itu (obrolan sesama fans)
Singkat cerita saya kembali masukan koin ke Telepon Umum dan menekan tombol dengan lebih hati hati, tidak lama ada terdengar suara Ibu-Ibu di seberang sana yang berujar si xxx lagi baru selesai mandi dan bertanya namanya adek siapa?
Kawannya Bu yah bukan sebuah nama yang saya sebutkan tapi cuma "Kawannya"
Agak lama juga Ibunya memanggil sosok itu tidak terasa dah berapa koin saya masukan.
Dan kemudian moment yang begitu indahpun terjadi
"Halo....dengan siapa?"
Suara yang paling merdu yang pernah saya dengar
Yang sayang harus terganggu oleh bunyi peringatan kalauw waktu telepon mau habis dan keparatnya uang recehan saya sudah habis.
Walauw sedikit kecewa karena uang hasil menyisihkan uang jajan selama seminggu habis sama salah sambung dan menunggu tapi semuanya terbayarkan dengan sebuah kata "Hallo....dengan siapa"
Sebuah suara yang tidak dapat saya pungkiri adalah suara yang cuma bisa dikalahkan dengan tangisan pertama anak saya
Dengan berbekal moment itu kemudian saya tekadkan untuk melanjutkannya hari senin.
Tapi apa lacur hari senin saya mendengar dari kawan-kawan kalauw ada anak dari kelas lain yang mengungkapkan kesukaanya ke sosok itu dan menurut kawan-kawan kayanya sosok itu mempunyai rasa yang sama.
Ah itulah sebuah moment yang membuat untuk pertama kalinya saya merasakan apa yang rasanya kehampaan,
Sebuah rasa kehampaan yang tanpa sadar mendorong saya untuk menjadi individu yang jauh jauh lebih baik dari sebelumnya.
Karena tanpa saya sadari perasaan hampa itu yang mendorong diri saya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan asa suatu saat saya bisa dipantaskan dengan sosok itu
Eh malah lebih banyak membahas cerita romansa nih
Baiklah kita kembali ke alasan ke dua kenapa saya lebih memilih membahasTelepon Umum untuk cerita romansanya mungkin akan saya tuturkan di postingan tersendiri.
Jadi untuk alasan keduanya karena saya heran di negara-negara barat sana padahal teknologinya lebih maju dari kita masih menggunkan Telepon Umum sedang dinegara kita tidak tau juga masih ada atau tidak tapi untuk daerah tempat tinggal saya sudah tidak ada lagi fasilitas Telepon Umum dulu terakhir saya liat di depan telkom masih ada tapi baru baru ini saya liat sudah beralih fungsi jadi bilik atm
Sekian dulu penuturan tentang Telepon Umum yang merupakan salah satu ikon Generasi 90an untuk penuturan ikon ikon yang lainnya akan saya tuturkan di psotingan yang lainnya.
terima kasih
0 Comments:
Post a Comment