Home » » Makalah Biologi Tentang Lele Sangkuriang

Makalah Biologi Tentang Lele Sangkuriang

Makalah Biologi Tentang Lele Sangkuriang



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha budidaya. Ikan lele sangkuriang memiliki kelebihan yaitu panen yang cepat, hasil produksi lebih tinggi, lebih tahan terhadap penyakit, sangat mudah dibudidayakan dan teknik pemeliharaannya yang sederhana (Nasrudin, 2010). Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2010) dalam Hermawan (2012), produksi ikan lele dumbo di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 69.386 ton, tahun 2006 sebesar 77.332 ton, tahun 2007 sebesar 91.735 ton, tahun 2008 sebesar 114.317 ton, tahun 2009 sebesar 144.317 ton, dan pada tahun 2010 sebesar 273.554 ton.
Kualitas lele sangkuriang antara lain kemampuan produksi yang tinggi, masa panen lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, kemampuan bertelur dan dayatetas telur yang tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan di kolam yaitu dengan perbaikan metode budidaya ikan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang memungkinkan ikan mempunyai daya tahan hidup yang tinggi dan dapat tumbuh dengan baik
 Di dalam pemenuhan benih ikan lele  kiranya perlu dilaksanakan usaha pemijahan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara pemijahan lele  (Clarias sp) secara Induced breeding atau pun streeping.
1.2  TUJUAN
Tujuan dalam UJIAN KOMPETENSI:
1.      siswa dapat mengetahui perbedaan antara ikan jantan dan betina melalui pengamatan pada seks primer dan sekunder ikan.
2.      Untuk memenuhi syarat kelulusan.
3.      Untuk dapat mengenali induk ikan yang siap memijah.
4.      Untuk dapat mengetahui cara penyuntikan ikan.
5.      Untuk dapat mengetahui teknik stripping.
6.      Untuk dapat mengetahui teknik pencampuran telur dan sperma.
7.      Untuk mampu membedakan antara bentuk telur yang terbuahi dan tidak terbuahi
8.      Mengetahui perkembangan telur sejak fertilisasi hingga penetasan telur.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Cara Pemijahan Lele Sangkuriang Buatan
      Dalam usaha budidaya atau beternak lele, proses pemijahan adalah proses penting untuk menghasilkan bibit lele yang baik. Proses pemijahan lele kini telah berkembang dengan cara pemijahan lele secara buatan (Induced Breeding). Berikut adalah proses dalam pemijahan buatan pada lele sangkuriang.

2.2  Pemilihan Indukan 
Umur induk betina lele sangkuriang siap dipijahkan berumur > 1 tahun, massa (0,7 – 1) kg dengan panjang standar (25 – 30) cm, sedangkan induk jantan antara lain yaitu berumur > 1 tahun, massa (0,5 – 0,75) kg, dengan panjang standar (30 – 35) cm. Induk betina yang sudah matang gonad, secara fisik ditandai dengan perut yang membesar dan lembek, tonjolan alat kelamin membulat dengan warna merah keungu-unguan dan tampak membesar, bila dilihat secara kasat mata warna telur terlihat hijau tua bening atau coklat kehijau-hijauan, tulang kepala agak meruncing, gerakannya lamban. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna tubuh yang lebih mencolok dari betina yaitu terlihat kemerah-merahan pada bagian sirip punggung (dorsal), dengan bentuk genital yang meruncing dan memanjang melebihi ujung sirip anal yang letaknya berdekatan dengan anus, tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding induk betina, perut tetap ramping dan gerakannya yang lincah. Jika diurut secara perlahan pada bagian kelaminnya, akan mengeluarkan cairan putih susu yang kental, cairan itulah yang dinamakan sperma.
http://3.bp.blogspot.com/-eXL3UBEyAZQ/T7oL2VPRChI/AAAAAAAAAo8/3o9Lgk97kXU/s200/beda+kelamin+lele+jantan+dan+betina.jpg
Gambar2.1 induk jantan dan betiana matang gonad
 Lele sangkuriang mulai dapat dijadikan induk pada umur (8 – 9) bulan dengan massa minimal 500 gram. Telur akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah dengan kemampuan memijah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Tanda-tanda induk jantan yang telah siap memijah diantaranya alat kelamin tampak jelas (meruncing), perutnya tampak ramping, jika perut diurut akan keluar spermanya, tulang kepala agak mendatar dibanding dengan betinanya, jika warna dasar badannya hitam (gelap), warna itu menjadi lebih gelap lagi dari biasanya. Sedangkan untuk induk betina alat kelaminnya bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar, tulang kepala agak cembung, gerakannya lamban, warna badannya lebih cerah dari biasanya.

2.3  Penyuntikan Hormon
Pemijahan buatan menggunakan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1 : 3 (1 induk jantan, 3 induk betina). Pemijahan buatan dilakukan dengan penyuntikan hormon perangsang (ovaprim) yang bertujuan untuk mempercepat proses ovulasi pada induk betina. Dosis hormon ovaprim yang digunakan adalah 0,2 ml/kg induk ikan yang diencerkan dengan menambahkan larutan Sodium Chloride 0,9% untuk seluruh jumlah induk ikan. Metode pemijahan dengan cara induce breeding. bila menggunakan ovaprim dosisnya 0,3 ml/kg induk; streeping, induk jantan dan induk betina pada pemijahan ini harus dipisahkan. Setelah (10-12) jam dari penyuntikan, induk betina siap di-streeping.

Gambar2.2 penyuntikan induk betina
      Waktu antara penyuntikan dengan ovulasi yaitu (08– 12) jam tergantung suhu inkubasi induk (suhu selama praktek 23 derajat Celcius). Penyuntikan dilakukan pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB sehingga proses pengeluaran telur (streeping) dapat dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB hal ini bertujuan agar hasil streeping yang dihasilkan dapat maksimal, karena suhu air pada pagi hari relatif stabil sehingga tingkat stress yang ditimbulkan pada induk relatif kecil dan untuk mempermudah mengamati ovulasi. Penyuntikan dilakukan 1 kali secara intramuskular, yaitu penyuntikan pada bagian otot punggung induk lele sangkuriang.

2.4  Streeping dan Pembuahan
Pada selang waktu (10–12) jam setelah penyuntikan dilakukan pemeriksaan terhadap induk betina dan dinyatakan ovulasi. Setelah itu, segera dilakukan penyediaan cairan sperma. Penyediaan cairan sperma dilakukan dengan pengambilan kantong sperma dengan jalan pembenahan. Induk jantan dibedah dengan menggunakan gunting dari arah genital ke arah kepala, kemudian kantong sperma diambil dan dibersihkan dengan menggunakan kertas tissu. Sperma dikeluarkan dengan cara menggunting kantong sperma pada bagian sisinya, lalu diperas dan diencerkan dengan menggunakan larutan Sodium Chloride 0,9%. Perbandingan yang digunakan yaitu 250 ml Sodium Chloride 0,9% untuk sperma yang berasal dari 1 ekor induk jantan.
Setelah larutan sperma siap, dilakukan pengeluaran telur dengan cara pengurutan. Pada bagian kepala dipegang dengan menggunakan kain lap agar tidak licin, kemudian bagian perut diurut dari dada ke arah genital secara perlahan-lahan (Streeping). Telur yang keluar ditampung dalam wadah plastik yang bersih dan kering. 

Gambar 2.3 pengurutan sperma jantan

Sperma yang telah tersedia dicampurkan dengan telur dan diaduk menggunakan bulu ayam. Setelah teraduk merata tuangkan air secukupnya kemudian digoyang-goyangkan lagi secara perlahan. Pemberian air diperlukan untuk mengaktifkan sperma karena saat dalam larutan fisiologis sperma belum aktif, membuka mikrofil pada telur ikan, dan untuk membersihkan telur dari sisa-sisa sperma yang tidak aktif/mati.
Ovulasi adalah puncak dari kematangan gonad, dimana telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara dipijit pada bagian perut (streeping). Induk jantan diambil spermanya melalui pembedahan. Pencampuran telur dan sperma dilakukan dengan menggunakan bulu ayam sampai sperma dan telur tercampur merata. Untuk meningkatkan pembuahan, maka telur dan sperma dapat ditambahkan dengan garam dapur sebanyak 4000 ppm sambil diaduk dan ditambahkan air sedikit demi sedikit. Setelah tercampur kemudian dilakukan pembersihan dengan penggantian air sebanyak (2-3) kali. Telur yang dibuahi akan mengalami pengembangan dengan ukuran telur yang terlihat lebih besar dan berwarna hijau tua, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih.

Gambar 2.4 pengurutan telurdan pencapuaran telur dengansperma

2.5  Penetasan Telur
      Penetasan telur dilakukan pada hapa atau pada aqurium berukuran (2x1x0,2) m yang dipasang pada bak persegi panjang berukuran (4x2x0,8) m yang sebelumnya telah diisi air setinggi 50 cm. Kemudian hapa diberi pemberat berupa besi behel ukuran 5 mm, berbentuk persegi panjang seperti dasar hapa. Hapa penetasan dialiri air secara terus menerus dengan debit air 40 ml/detik, selain itu juga bak penetasan diberi aerasi sebagai penyuplai oksigen.
Sebelum telur ditebar, terlebih dahulu dilakukan pencucian telur dari sisa sperma. Telur ditebar secara merata di dalam 4 hapa dengan padat tebar sekitar 156.818 butir/hapa dan menetas sekitar (30–36) jam setelah pembuahan pada suhu (23–24) derajat Celcius.


BAB III
 METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
  • Aquarium
  • Kolam terpal
  • Mangkok/Baskom
  • Gunting
  • Timbangan Mikro
  • Bulu Ayam
  • Kakaban / Atau Bisa juga pakai nampan
  • Spuid (Suntikan) 10 ml.
  • Timbangan 10 kg
  • Gelas beker
  • Gelas ukur
  • Sarung tangan
  • Ember
  • Serokan Induk
  • Lap/Handuk
b. Bahan
  • Ovaprim
  • Aquades / Aqua Gelas. (tapi yang bagus di pakai aquades)
  • Induk Jantan
  • induk Betina
  • Larutan NaCl (Natrium Clorida/ Larutan Infus)
3.2  Cara Kerja                                                                                           
  1. Siapkan Alat dan Bahan yang diperlukan terlebih dahulu
  2. Lakukan pemilihan induk sesuai dengan kriteria 
  3. Setelah induk terpilih lakukan penimbangan ( tujuannya agar mudah menentukan dosis Hormone yang akan digunakan.
  4. Setelah ditimbang lakukan perhitungan dosis hormon yang akan disuntikan, dengan dosis  Ovaprim 0.5ml/Kg. dan Aquades 1ml/kg. aquades fungsinya mengencerkan ovaprim.
    setelah dosis didapat lakukan penyuntikan induk jantan dan betina disuntik sesuai dengan dosis. letak posisi penyuntikan di bagian punggung dengan kemiringan 45derajat. usahakan larutan ovaprim yang ada di spuid tidak ada gelembungnnya. penyuntikan dilakukan bisa malam hari atau pagi hari jam 05.00. sebaiknya lakukan penyuntikan pada pagi hari tujuannya pada waktu streeping bisa dilakukan pada siang hari.
  5. Setelah disuntik masukkan induk tersebut ke kolam terpal secara terpisah antara induk jantan dan betina dan biarkan selama kurang lebih 8 - 10 jam.
    sekitar 8 jam induk di cek tingkat ovulasinya. apabila di dasar ember terlihat ada telur berarti induk siap di streeping (di urut) untuk mengeluarkan telur. apabila 8 jam masih belum terlihat adanya telur di dasar ember bisa dilakukan pengurutan ke arah anus kalau keluarnya lancar berarti sudah siap.
    setelah betina siap
  6. Lakukan pengurutan induk jantan untuk di ambil spermanya, selanjutnya sperma di campur de mengngan gunakan NaCL.
  7. Ambil induk betina Lakukan Proses Streeping Untuk dikeluarkan telurnya tampung pada mangkok atau baskom. untuk memegang induk agar diam pakai handuk setengah kering. lakukan pengurutan sampai telur habis. ( catatan apabila pengurutan tidak lancar jangan dipaksakan itu bisa mengakibatkan keluar darah. )
  8. Setelah telur siap dibuahi sperma. masukan Sperma yang ada pada mangkok tadi kepada mangkok atau baskom yang sudah berisi telur. aduk hingga rata menggunakan bulu ayam secara perlahan.
    setelah merata telur di tebar di bak/ aquarium yang sudah berisi kakaban atau jenis lainnya yang bisa dipakai untuk menempel telur. untuk penebaran telur jangan sampai menumpuk kalau menumpuk dapat menghambat proses penetasan.
  9. Telur akan menetas selam 24 jam - 30 jam tergantung pada suhu air.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL     
Tabel 1. Bobot ikan yang didapatkan dari seleksi induk adalah sebagai berikut :
Induk
Berat Betina
Berat Jantan
1
900 gr
1 kg
            Dari hasil pemijahan dengan bobot induk di atas di dapatkan pakunditas telur seagai berikut :
Table 2. fakunditas telur.
No
Berat cawan petri
Berat telur
Fakunditas
1.
44.2 gr
14.6 gr
9.733. butir
4.2  PEMBAHASAN
v    Perbedaan antara induk jantan dan betina
a. Ciri-ciri induk lele Betina
  • Lihat dari alat kelamin warnanya kemerahan dan tampak agak membesar. Bagian perut tampak membesar ke arah anus, jika diraba terasa lembekJika bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir telur berwarna kekuningkuningan berukuran relatif besar. Tapi jangan terlalu keras mengurutnya kasihan nanti indukannya.
  • Dilihat dari pergerakannya agak lambat dan tidak terlalu agresif
b. Ciri-Ciri Induk Jantan
  • Alat kelamin tampak jelas dan lebih runcing di ujungnya kelihatan warnanya kemerahan
  • Apabila di urut akan keluar cairan putih kental seperti (ingus)
  • Warna tubuh agak kemerahmerahan
  • Tubuh ramping, gerakannya lincah.

v    Teknik penyuntikan ovaprim
            Teknik penyuntikan dengan arah jarum suntik membuat sudut 600 dari ekor bagian belakang dan jarum dimasukkan sedalam kurang lebih 1,5 cm. Hal ini ditujukkan supaya ovaprim benar – benar masuk ke bagian organ target. Pada saat dilakukan penyuntikan sebaiknya ikan dibungkus dengan jarring agar tidak lepas. Pada ikan yang lebih besar biasanya penyuntikkan dilakukan lebih dari satu orang, yakni orang pertama memegang ekor dan kepala, sedangkan orang yang lainnya menyuntikkan hormon ovaprim. Santoso (1997) menambahkan penyuntikan disarankan mengarah ke bagian depan (arah kepala) ikan, agar tidak mengenai organ bagian pencernaan dan tulang ikan. Apabila mengenai organ tersebut maka proses penyuntikkan tidak akan memacu kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon GnRH dalam proses pemijahan (tidak terjadinya proses pemijahan).
Teknik penyuntikan hormon pada ikan yang baik adalah secara intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan.
Adapun tahapan penyuntikkan hormon adalah sebagai berikut:
a.          Siapkan alat suntik dan hormon Ovaprim untuk disuntikkan. Gunakan injeksi spuit yang sudah dibersihkan dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.
b.        Timbang induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis Ovaprim. 
-            Induk yang beratnya ± 1 kg, dosis hormon Ovaprim 0,3-0,5 ml. Bila beratnya 0,5 kg maka dosis yang diperlukan setengah nya, yakni 0,15 - 0,25 ml (sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).
-             Sedot dengan alat injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml. mengencerkannya. Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukkan ke dalam bak pemijahan.

v  Cara Penyuntikan
Usahakan posisi botol dan injeksi spuit tegak lurus, botol berada di atas. Setelah itu, sedot lagi dengan injeksi spuit yang sama akuades sebanyak 0,5 ml juga untuk
·           Tangkap induk lele dengan menggunakan seser induk. Kemudian seorang membantu memegang induk lele yang hendak disuntik (ikan betina terlebih dahulu) dengan menggunakan kain untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal ekornya.
·           Kemudian suntikkan hormon yang sudah disiapkan tadi ke dalam daging lele di bagian punggung, setengah dosis di sebelah kiri dan setengah dosis disebelah kanan dengan kemiringan jarum sunik 40 – 45º. Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan disesuaikan dengan besar kecilnya tubuh ikan.
·           Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah obat didorong masuk, jarum dicabut lalu bekas suntikkan ditekan/ditutup dangan jari telunjuk beberapa saat agar obat tidak keluar.

v  Streeping dan pencampuran telur dengan sperma
·           Siapkan Alat dan Bahan yang diperlukan terlebih dahulu
·           Lakukan pemilihan induk sesuai dengan kriteria 
·           Setelah induk terpilih lakukan penimbangan ( tujuannya agar mudah menentukan dosis Hormone yang akan digunakan).
·           Setelah ditimbang lakukan perhitungan dosis hormon yang akan disuntikan, (saya biasa pakai dosis. Ovaprim 0.3ml/Kg. dan Aquades 1ml/kg. aquades fungsinya mengencerkan ovaprim.
setelah dosis didapat lakukan penyuntikan induk jantan dan betina disuntik sesuai dengan dosis. letak posisi penyuntikan di bagian punggung dengan kemiringan 45derajat. usahakan larutan ovaprim yang ada di spuid tidak ada gelembungnnya. penyuntikan dilakukan bisa malam hari atau pagi hari jam 05.00. sebaiknya lakukan penyuntikan pada pagi hari tujuannya pada waktu streeping bisa dilakukan pada siang hari.
·           Setelah disuntik masukkan induk tersebut ke ember secara terpisah antara induk jantan dan betina dan biarkan selama kurang lebih 810 jam.
sekitar 8 jam induk di cek tingkat ovulasinya. apabila di dasar ember terlihat ada telur berarti induk siap di streeping (di urut) untuk mengeluarkan telur. apabila 8 jam masih belum terlihat adanya telur di dasar ember bisa dilakukan pengurutan ke arah anus kalau keluarnya lancar berarti sudah siap.
setelah betina siap
·           Lakukan pembedahan induk jantan untuk di ambil spermanya, selanjutnya sperma dicuci dari darah menggunakan NaCL. lalu di lap menggunakan tissue.
lakukan pengguntingan atau dicacah lalu tampung di mangkok sambil di encerkan menggunakan NaCL 100ml. (catatan Tangan basuh terlebih dahulu dengan larutan NaCL supaya steril dari air. mangkok juga harus kering jangan ada air.)
·           Ambil induk betina Lakukan Proses Streeping Untuk dikeluarkan telurnya tampung pada mangkok atau baskom. untuk memegang induk agar diam pakai handuk setengah kering. lakukan pengurutan sampai telur habis. ( catatan apabila pengurutan tidak lancar jangan dipaksakan itu bisa mengakibatkan keluar darah. )
·           Setelah telur siap dibuahi sperma. masukan Sperma yang ada pada mangkok tadi kepada mang dipakai untuk menempel telur. untuk penebaran telur jangan sampai menumpuk kalau menumpuk dapat menghambat proses penetasan.
·           Telur kok atau baskom yang sudah berisi telur. aduk hingga rata menggunakan bulu ayam secara perlahan.
setelah merata telur di tebar di bak/ aquarium yang sudah berisi kakaban atau jenis lainnya yang bisa akan menetas selam 24 jam30 jam tergantung pada suhu air.

Dari tabel hasil pengurutan yang telah dilakukan maka didapat berat telur 14.6 gram dengan fakunditas 9.733 butir. Cara menghitung nya yaitu berat cawan petri dikurang dengan .berat telur maka didapatkan berat telurnya 14.6 gram.
Cara menghitung :
-          Berat telur ditimbang dalam cawan petri 58.8 gram
-          Berat cawan petri kosong 44.2
Maka :
            58.8 – 44.2 = 14.6
            14.6 : 0.15 = 97.33333
            97.33333 × 100 = 9,733.333 butir









v  Penebaran dan penetasan telur
 Telur yang sudah bersih dimasukan kedalam akuarium berukuran 60 x 40 x 45 cm dan sudah diisi air sedalam 30 cm. Cara menebar, telur diambil dengan bulu ayam, lalu ditebarkan ke seluruh permukaan akuarium sampai merata. Dalam 2 – 3 hari telur akan menetas dan larvanya dibiarkan selama 4 – 5 hari atau sampai berwarna hitam.
Gambar . Penebaran Telur Dalam Akuarium

Tabel 3. Hasil produksi pemijahan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut : 
No.
Parameter Reproduksi
Jumlah
1.
Fekunditas telur
9,7333.333 butir












BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
            Dari hasil laporan ujian kompetensi yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
·         Ciri – ciri induk jantan dan betina matang gonad
Induk jantan :
o   Dengan warna tubuh yang lebih mencolok dari betina yaitu terlihat kemerah-merahan pada bagian sirip punggung (dorsal),
o   Bentuk genital yang meruncing dan memanjang melebihi ujung sirip anal yang letaknya berdekatan dengan anus, tulang kepala lebih mendatar (pipih) dibanding induk betina, perut tetap ramping dan gerakannya yang lincah.
o   Jika diurut secara perlahan pada bagian kelaminnya, akan mengeluarkan cairan putih susu yang kental, cairan itulah yang dinamakan sperma.
·         Ciri – cirri  induk betina :
o   Induk betina yang sudah matang gonad, secara fisik ditandai dengan perut yang membesar dan lembek
o   Tonjolan alat kelamin membulat dengan warna merah keungu-unguan dan tampak membesar
o   Bila dilihat secara kasat mata warna telur terlihat hijau tua bening atau coklat kehijau-hijauan
o   Tulang kepala agak meruncing, gerakannya lamban.
·         Pemijhan secara streeping
o   Setelah induk diseleksi kemudian dilakukan penyuntikan pada induk betina dan induk jantan dengan dosis 0.5 ml/kg.
o   Kemudian didiamkan selama 8 – 10 jam, baru dilakukan pengurutan tlur dan sperma.
o   Sperma yang yang telah di urut di campurkan dengan NaCl.
o   Telur yang telah diurut kemudian di timbang untuk mengetahui fakunditasnya.
o   Kemudian telur dan sperma di campurkan ke dalam baskom kemudian di cuci dengan aquades atau air mineral.
o   Kemudian telur di tebar di aquarium.

5.2. SARAN
o   Agar aktivitas kegiatan pembudidayaan ikan menjadi semakin maju perlu diadakan ahli    teknologi mengenai budidaya ikan yang baik.
o   Pengelolaan kualitas air sebaiknya tetap di kontrol dan dilkukan pembersihan kolam terpal  induk untuk menjaga kesehatan ikan lele sangkuriang.
o     Dalam pemijahan ikan lele, induk harus ditangani secara hati – hati agar induk yang hendak dipijahkan tidak mengalami stres sehingga kegagalan dapat dihindari.
o   Usahakan alat suntik yang digunakan untuk induk benar – benar steril. Selain itu, dosis penyuntikan yang digunakan harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
o        Diharapkan pada siswa – siswi selanjutnya memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan suatu hal atau kegiatan yang berhubungan dengan pemijahan dan tidaklah lupa selalu bertanya dengan pembimbina atau guru pembimbing.






,










TINJAUAN PUSTAKA

Htt/hpp.www.Peternakan Ikan .com. Sumantadinata, Komar. 198 .
S. Rachmatun Suyanto,  2006.  Budidaya  Ikan  Lele.   Jakarta : Penebar Swadaya.


0 Comments:

Post a Comment