BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makraur bagi seluruh rakyat
Indonesia seperti tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke IV pemerintah berusaha untuk
menggalaki pembangunan disegala bidang,
baik materiil maupun spirituil di 1aksanakan
secara merata kese1uruh
propinsi untuk mencapai
tujuan pelaksanaan pembangunan
tersebutmula dari jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang mana setiap
tahapnya saling mendukung dan menjadi landasan pada tahap pembangunan berikutnya Pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan tarap hidu masyarakat.
Dalam pelaksanaannya pembangunan membutuhkan waktu ruang dan berbagai sumber
daya. Kesemuanya itu melibatkan ala sebagai tempat berlansungnya kegiatan yang
berakibat berubahnya keutuhan lingkungan hidup.
Di
Propinsi Bengkulu dewasa ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan fisik
maupun non fisik sehingga banyak bermunculan perusahaan-perusahaan baik milik
pemerintah maupun milik swasta yang
bergerak diberbagai bidang usaha. Setiap perusahaan berkeinginan untuk
mengembangkan usahanya dalam jangka panjang. Salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang perkayuan adalah perusahaan PT. MUTARA NAULI. Setiap
perusahaan akan selalu dihadapkan pada masalah yang dapat menghambat kelancaran
kontinuitas perusahaan. Untuk itu pihak pimpinan perusahaan harus dapat
menentukan kebijaksanaannya dalam
mengatasi setiap permasalahan yang akan timbul. Salah satu permasalahan yang
sering timbul dalam perusahaan ialah bagaimana proses produksi berjalan secara
efisien dan efektif sehingga bisa menghemat bahan, tenaga, waktu yang ada tanpa
adanya pemborosan sehingga apa yang telah direncanakan dapat tercapai.
Proses produksi dapat diartikan
sebagai cara, metode dan tehnik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu
barang/jasa dengan menggunakan sumber-sumbar tenaga kerja, mesin-mesin, modal
dan dana-dana yang ada. Untuk mencapai hasil produksi yang maksimal sesuai
dengan apa yang direncanakan maka peranan pengawasan mutu akan sangat
menentukan sekali guna pencapaian tujuan tersebut. Adapun tujuan dari
pengawasan adalah mempunyai unsur bimbingan/petunjuk/instruksi serta
rancangan/tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan tujuan dari
pengawasan mutu adalah agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu
yang telah ditetapkan dan mengusahakan agar biaya-biaya dalam berproduksi dapat
ditekan serendah mungkin (Sofyan Assauri 1980 : 228). Dengan kegiatan
pengawasan mutu di dalam pelaksanaan sistem produksi diharapkan perusahaan akan
dapat bekerja sebagaimana mestinya sehingga penyimpangan yang terjadi didalam
berproduksi tersebut akan segera dapat diketahui dan diperbaiki. Disamping itu
pula dengan adanya fungsi pengawasan mutu ini akan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu berproduksi dengan sukses, mencapai standar mutu yang telah
ditentukan dan memperoleh keuntungan yang layak. Untuk itu maka peranan
pengawasan mutu sangat penting agar semua yang telah direncanakan dapat
tercapai dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dan
permasalahan tersebut, hal ini penulis anggap perlu untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut, khususnya yang berhubungan dengan peranan pengawasan mutu dalam
meningkatan volume produksi, sehingga penulis menetapkan judul "Peranan
Pengawasan Mutu Dalam Usaha Meningkatkan Volume Produksi Kayu pada PT. MUTARA
NAULI di Bengkulu".
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
Seberapa besar peranan
pelaksanaan pengawasan mutu terhadap peningkatan volume produksi kayu di PT.
MUTARA NAULI di Kota Bengkulu?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijaksanaan pengawasan mutu
yang dilakukan oleh PT. MUTARA NAULI Bengkulu dalam usaha untuk menganalisa
seberapa besar peranan pengawasan mutu terhadap volume produksi sehingga dapat
diketahui kebijaksanaan yang sebaiknya ditempuh perusahaan
dalam rangka meningkatkan kegiatan
pengawasan mutu dan meningkatkan
volume produksi.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian dapat bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan:
1.bagi peneliti,meningkatkan serta mengembangkan
fikiran dalam menganalisis
masalah mutu kayu dan menerapkan teori yang telah dapat di bangku kuliah
terhadap praktek lapangan
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Landasan
Teori
2.1.1.
Pengertian
Manajemen Produksi
Sebagaimana
perkernbangan iimu pengetahuan dan tehnologi yang sangat pesat sehingga
kebutu.han raasyarakat dan kesenangan masyarakat
pun terus mengalami pergeseran-per geseran . Dilain pihak keterbatasan
faktor-faktor
produksi semakin terasa dan kelangkaan suffi
berslam taerIainnya seperti kekayaan
alam , hutan dan lain-lain
semakin menjadi habis, padahal kebutu.han manusia harus dicukupi oleh
karena perkembangan perusahaan mengarah kepada efisien dan efektifitas.
Arah
perkembangan yang demikian ini ditujukan pada pemakaian dan pengolahan bahan
baku, mesin, tenaga kerja dan modal secara hemat, tepat dan baik sehingga hasil
produksinya memiliki mutu tertentu yang diinginkan,, maka lahirlah manajemen
produksi sebaqai suatu. cabang ilmu pengetahuan manajemen yang mengarah kepada
pengolahan sum bersumber produksi secara
efisien dan efektif. Sofyan Assouri (1980 : 7) berpendapat bahwa
manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengatur agar dapat menciptakan dan
menambah kegunaan sesuatu barang atau jasa.
A.
Beberapa aspek penting
manajemen produksi
Manajemen produksi
merupakan suatu cara dalam meminimumkan biaya, menghemat bahan baku,
meningkatkan mutu hasil produksi dan meningkatkan produksi. Oleh karena itu
aspek-aspek penting dalam manajemen produksi harus diperhatikan antara lain :
a.
Pengaturan bahan baku
Bahan
baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting karena tanpa
adanya bahan baku jelas proses produksi tidak akan berjalan. Demikian pula bila tidak ada pengaturan bahan baku yang
baik proses produksi akan tergannggu. Pengaturan bahan baku ini meliputi
kegiatan mulai dari pemesanan, pembelian bahan baku, penyimpanan bahan baku,
pengangkutan dari gudang ke lokasi, proses prosuksi dan Iain-lain.
b.
Luas dan pola produksi
Aspek penting
lainnya adalah luas dan pola produksi.
Aspek ini besar sekali peranannya terhadap perencanaan jumlah
produksi yang akan dibuat karena
tanpa perencanaan dapat berakibat jumlah
yang akan diproduksi menjadi
terlalu besar atau terlalu kecil.
Disamping itu aspek ini juga bepengaruh terhadap perencanaan jumlah produksi,
terhadap biaya yang akan dibuat, tenaga kerja yang digunakan untuk mengatur
strategi yang paling tepat dalam menyesuaikan antara kegiatan perusahaan dengan
permintaan. Hal ini disebabkan luas produksi itu sendiri adalah jumlah barang
yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Dengan demikian penentuan jumlah
barang yang akan dibuat harus memperhatikan beberapa hal antara lain :
1.
Batasan jam kerja mesin
2.
Batasan bahan baku
3.
Batasan permintaan
Tanpa memperhatikan batasan-batasan tersebut
perusahaan akan mengalami berbagai kesulitan antara lain :
1.
Apabila batasan jam
kerja mesin dilanggar perusahaan akan
menjadi cepat rusak, sehingga akan mengurangi usia ekonomis mesin
dan menambah pengeluaran perusahaan.
2.
Apabila batasan bahan
baku dilanggar perusahaan akan sulit mengatur kembali bahan bakunya.
3.
Apabila batasan jam
kerja harus dilanggar akan mengakibatkan menurunnya produktivitas tenaga kerja.
4.
Apabila batasan
permintaan dilanggar perusahaan akan kehilangan langganan dan akan menanggung
besarnya biaya simpanan, biaya produksi dan biaya resiko.
Dengan adanya batasan-batasan tersebut perusahaan
akan memperoleh jumlah produksi yang paling menguntungkan dan mendatangkan
keuntungan yang optimal. Disamping itu menunjukkan seberapa besar efisiensi
yang telah dilakukan perusahaan. Sedangkan
penentuan pola produksi akan membuat perusahaan dapat berproduksi secara.
efektif
yaitu dapat menyesuaikan dengan
volume permintaan yang ada.
Hal ini penting diperhatikan karena apabila terjadi kelebihan produksi yang
tak berguna akan menambah pengeluaran perusahaan.
c.
Perencanaan dan
pengendalian
Manajemen produksi
bertujuan adalah untuk
memproduksi atau mengatur produksi barang-barang
dan jasa dalam jumlah,
mutu, harga, tempat
tertentu sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Dengan adanya
perencanaan tersebut suatu perusahaan
mempunyai pedoman yang jelas tentang
tujuan, target, semua yang di pergunakan dan langkah-langkah operasional yang
jelas. Bahkan dalam teori manajemen, perencanaan diletakkan pada urutan pertama
dalam fungsi manajemen, hal ini menunjukkan pentingnya perencanaan sebagai awal
dari kegiatan yang sistematis dan efektif. Oleh karena itu dalam manajemen
produksi perencanaan merupakan syarat pokok agar proses produksi bisa berjalan
dengan hasil yang sebaik mungkin.
Adapun
perencanaan dalam manajemen produksi meliputi langkah sebagai berikut :
1.
Reviuw
Yaitu kegiatan
yang merupakan tinjauan terhadap
faktor-faktor intern dan ekstern sebagai langkah
awal dalam menyusun kebijaksanaan yang lenggkap.
2.
Objektive
Yaitu penentuan
tujuan yang hendak dicapai dalam proses produksi.
3.
Forcasting
Yaitu peramalan
mengenai hal-hal yang akan terjadi dimasa mendatang.
4.
Programing
Yaitu penentuan
program kegiatan perusahaan meliputi penentuan bahan baku, tenaga kerja, mesin
dan biaya produksi.
5.
Implementasi
Yaitu
pelaksannaan dari programing lima langkah tersebut dimana merupakan langkah
minimal yang harus ditempuh dalam perencanaan.
Rangkaian dari perencanaan adalah pengendalian, hal
ini harus ditegaskan sebagai upaya konkret agar perencanaan yang telah disusun
dapat berjalan sesuai dengan keinginan, tanpa pengendalian proses produksi akan
keluar dari jalur rencana dan mudah menyimpang karena menghadapi beberapa
hambatan atau pelanggaran oleh tenaga kerja.
Upaya-upaya pengendalian ini antara lain :
1.
Penentuan standar, baik
standar waktu, biaya, bahan baku, mutu maupun hasil produksi.
2.
Monitoring secara
kontinyu.
3.
Laporan secara rutin dari penanggung jawab tiap unit.
4.
Evaluasi
Dengan demikian
perencanaan diharapkan akan berjalan sesuai dengan keinginan.
2.1.2.
Arti dan tujuan
pengawasan mutu
2.1.2.1.Pengertian Pengawasan Mutu
Perencanaan
produksi yang telah disusun harus' diikuti dengan tindakan pengawasan.
Perencanaan tanpa pengawasan tentu saja tidak akan dapat dicapai hasil yang
maksimal. Jadi pengawasan dijalankan dengan maksud agar proses produksi dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Yang dimaksud dengan
pengawasan adalah kegiatan untuk mengkoordinir aktivitas-aktivitas pekerjaan,
pengolahan agar waktu penyelesaian yang telah ditetapkan terlebih dahulu dapat
dicapai dengan efisien dan efektif.
Pengawasan
adalah suatu proses yang menentukan tentang apa yang dikerjakan agar apa yang
diselenggarakan sejalan dengan rencana (Soekarno.k 1989 : 146).
Pengawasan
adalah kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai
dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki (Sarwoto 1981 : 93).
Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan-tindakan korektif
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana ( Winardi 1983 : 379
).
Dengan
berbagai batasan yang telah dikemukakan diatas secara jelaskan dapat kita lihat
bahwa perencanaan dan pengawasan adalah dua unsur manajemen yang saling
berhubungan satu saran lain, saling kait mengkait sehingga kehadiran
perencanaan pasti di ikuti pengawasan.
Dengan
demikian dapat dikatakan pengawasan adalah kegiatan yang menentukan dan
menetapkan serta menjamin agar semua pekerjaaan yang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan dari standar yang ditetapkan sebelumnya
atau supaya tidak terjadi penyimpangan, penyelewengan, ketidaksesuaian dan lain
sebagainya yang tidak sesuai dengan rencana
semula.
Karena tidak
dapat dipisahkan antara perencanaan dengan pengawasan maka didalam
pengawasan perlu diketahui :
1.
Tujuan yang telah
ditentukan
2.
Cara membandingkan
aktivitas dengan pedoman yang telah ditentukan.
3.
Cara menilai atau
mengukur aktivitas yang dijalankan.
4.
Cara untuk mengadakan
perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Ditinjau dari obyeknya, maka pengawasan dapat
dilakukan terhadap (Soekarno. K 1989:147).
1.
Produksi
Pengawasan
produksi di maksudkan agar mutu dan kwantitas pro-auksi yang dihasilkan sesuai
dengan standar yang telah dite-tapkan.
2.
Uang
Ini dimaksudkan
untuk menghin dari terjadinya penyimpangan, nebocoran atau pemborosan keuangan.
3.
Waktu
Ini dimaksudkan
agar penyelesaian suatu pekerjaan
sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
4.
Orang
Pengawasan
terhadap orang ini dimaksudkan untuk mengetahui kegia-tan orang tersebut apakah
sejalan dengan garis yang telah ditetap-kan atau tidak.
Dilihat dari waktu pelaksanaannya, maka pengawasan
dapat dibedakan atas (M. Manulang 1988 : 176).
1.
Pengawasan preventif
Yaitu
pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan atas
kesalahan-kesalahan.
2.
Pengawasan reprensif
Yaitu
pengawasan yang dilakukan setelah rencana sudah dijalankan, dengan kata lain
diukur hasil-hasil yang telah dicapai dengan alat pengukur standar yang telah
ditentukan.
Ditinjau dari
subyeknya, maka pengawasan dapat dibedakan atas (M. Manulang 1988 : 177).
1.
Pengawasan intern
Yaitu pengawasan
yang dilakaukan oleh atasan dari petugas yang bersangkutan.
2.
Pengawasan ekstern
Yaitu pengawasan
yang dilakukan oleh orang-orang diluar organisasi tersebut.
Sedangkan pengertian mutu secara umum adalah
sifat-sifat tertentu dari suatu produk yang ada dan produk tersebut dapat
diukur atau dibandingkan dengan standar yang telah ada. Mutu dapat diartikan
sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang sesuai
dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan
(Sofyan Assauri 1980 : 221).
Sofyan Assauri (1980 : 222) membedakan faktor-faktor
yang mempengaruhi mutu suatu barang yaitu :
1.
Fungsi suatu barang
Suatu
barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut
digunakan atau dimaksudkan sehingga barang-barang yang dihasilkan harus
benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena pemenuhan fungsi tersebut
mempengaruhi kepuasan para konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak
selamanya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat suatu barang tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi
kepuasan penggunaan barang yang dapat dicapai. Mutu yang hendak dicapai sesuai
dengan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin
pada spesifikasi dari barang tersebut seperti kecepatan, tahan lamanya,
kegunaannya, mudah atau tidaknya perawatan dan kepercayaannya.
2.
Wujud luar
Salah
satu faktor yang penting dan Bering dipergunakan oleh konsumen dalam melihat
suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut adalah
wujud luar barang itu. Kadang-kadang walaupun barang yang dihasilkan secara
teknis sudah maju, tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima
maka hal ini dapat menyebabkan barang tersebut tidak di senangi oleh konsumen
atau pembeli, karena dianggap mutunya kurang memenuhi syarat. Aktor wujud luar
yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga
dari warna, susunan (seperti pembukusan) dan hal-hal lainnnya.
3.
Biaya barang tersebut
Umumnya
biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal
ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal,
dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula
sebaliknya, bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah
dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut lebih rendah. Ini terjadi karena
biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biay yang lebih mahal.
Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya disadari bahwa tidak selamanya
biaya biaya suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut, karena biaya
yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga sering
terjadi adanya inefisiensi. Jadi tidak selalu biaya atau harga dari barang itu
lebih rendah daripada nilai barang itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa
biaya atau harga dari suatu barang lebih tinggi daripada nilai yang sebenarnya,
karena adanya infisensi dan menghasilkan barang tersebut dan tingginya
keuntungan yang diambil terhadap barang itu.
Sehubungan dengan pengertian pengawasan mutu serta faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu
barang, selanjutnya Sofyan Assauri (1980 : 227) menyatakan bahwa :
"Pengawasan
mutu adalah kegiatan-kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal
mutu (standar) dapat tercefrmin dalam hasil akhir. Dengen kata lain pengawasan
mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu barang yang dihasilkan
berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan".
Kegiatan
pengawasan mutu ini dilakukan dalam rangka kegiatan produksi dimana kegiatan
pengawasan mutu dilaksanakan melalui 3 pendekatan yaitu :
1.
Pengawasan bahan baku
2.
Pendekatan proses
produksi
3.
Pendekatan produk akhir
Adapun maksud diadakan pengawasan mutu yaitu untuk
mendapatkan gambaran bahwa specifikasi produk yang sudah
ditetapkan masih sesuai dengan
mutu standar atau sudah perlu diadakan pengecekkasn kembali terhadap
kesalahan-kesalahan yang terjadi, yang mengakibatkan turunnya mutu suatu barang
tersebut, yang mana hal ini dapat tercermin pada produk akhir.
2.1.2.2.Tujuan pengawasan mutu
Sedangkan tujuan
dari pengawasan mutu adalah :
1.
Agar hasil pro'duksi
dapat mencapai mutu yang telah di tetapkan.
2.
Mengusahakan agar biaya
inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3.
Mengusahakan agar biaya
disain dari produk yang diproses dengan menggunakan mutu produksi tertentu
dapat menjadi sekecil mungkin.
4.
Mengusahakan agar biaya
produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Jadi pengawasan mutu pada produk berusaha atau
menjamin agar produk yang dihasilkan sesuai dengan rencana, maka rencana yang
telah ditetapkan tersebut adalah merupakan standart bagi perusahaan yang
harus dipenuhi.
Langkah-langkah yang perlu diambil oleh tehnisi
dalam menentukan standar bagi mutu produk adalah (Sukanto dan Indriyo 1986 :
244)
1.
Mempertimbangkan persaingan
dan mutu dari produk pesaing
2.
Mempertimbangkan
kegunaan dari terakhir produk
3.
Perlu team
yang terdiri dari mereka yang
berkecimpung dalam bidang-bidang :
-
Penjualan yang mewakili
konsumen
-
Tennis yang mengatur
design dan mutu tehnis
-
Pembelian yang
menentukan mutu bahan
-
Produksi yang
menentukan biaya memproduksi berbagai
mutu alternative
2.2.
Penelitian
Terdahulu
2.3.
Kerangka Analisa
Model
analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa deskriptif, yaitu suatu analisa yang mengkaji lebih dalam terhadap
permasalahan dan menggunakan teori-teori yang relevan sebagai landasan berpikirnya.
Secara sekematis analisa data untuk mengetahui peranan pengawasan mutu didalam
PT. MUTARA NAULI seperti tercantum di bawah penentuan standar mutu, pengawasan
bahan baku baru diadakan pengawasan terhadap proses produksi. Dari pengawasan'
proses produksi ini, maka akan tercipta produk akhir yang diharapkan dengan
tujuan supaya volume produksi akan meningkat dan volume penjualanpun akan meningkat
pula pada PT. MUTARA NAULI.
Kerangka
Analisa
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis
Penelitian
Bentuk
atau sifat penelitian dalam penulisan skripsi ini bersifat Deskriptif yaitu
mentecahkan masalah dengan merumuskan, pengumpulan data, mengukur dan
mengklasifikasikan serta meneliti faktor-faktor yang ada hubungannya dengan
peranan pengawasan mu.tu dalam usana meningkatkan volume produksi kayu.
3.2.
Definisi Operasional
Sebagai konsep yang diajukan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut :
Sejauh
mana peranan pengawasan mutu dalam usaha meningkatkan volume produksi kayu.
Sedangkan definisi operasional yang dimaksudkan disini adalah untuk menjelaskan
setiap variabel yang digunakan.
Variabel-variabel
pengaruh meliputi :
Pengawasan
adalah semua kegiatan yang dilaksanakan untuk menjamin dan mengarakan agar
pekerjaan yang sedang dilakukan dapat berja-lan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan atau hasil yang dike-hendaki harus sesuai dengan ketentuan dan
kebijaksanaan yang berlaku.
Mutu
adalah sifat-sifat tertentu dari suatu produk yang dapat diukur atau
dibandingkan dengan patokan yang ada. Jadi disini dapat dikatakan bahwa
pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal
mutu ( standar ) dapat tercermin
dalam hasil akhir. dengan kata
lain pengawasan mutu adalah merupakan usaha untuk
mempertahankan mutu dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan speksifikasi
produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan.
Sedangkan
variabel terpengaruhnya adalah volume produksi yang mengandung pengertian bahwa
jika produk yang dihasilkan bermutu baik maka akan banyak menerima order-order
dari pembeli Lokal maupun luar Lokal, sehingga dapat meningkatkan volume
penjualan. Dengan adanya peningkatan volume penjualan berarti volume produksi
pun akan meningkat pula.
3.3.
Metode Pengambilan
Sampel
Suatu
penyelidikan atau penelitian ilmiah digunakan suatu cara atau metode penyel
idikan tertentu,, guna mendapatkan hasil yang rnemuaskan. Dalam suatu
penelitian jumlah sampel sebenarnya tidak ada aturan-aturan tertentu dalam
rnenentukan sampel yang dipersyaratkan untuk penelitian,, juga tidak ada
batasan yang jelas yang dimaksud dengan sampel besar dan sampel kecil.
Sebenarnya tidak ada ketetapan yang rnutlak berapa persen besarnya sampel yang
harus diambil dari populasi. Jika keadaan populasi homogen jumlah sampel tidak
jacli persoalan (Sutrisno Hadi 1987 :
Berdasarkan
teori-teori, maka di dalam penelitian ini penulis mengambil
30 % sebagai sempel dari jumlah populasi sebesar 100 %, produksi bahan
gergajian yang diproduksi setiap hari selama 30 hari. Kayu gergajian itu akan dipilih dan dipisahkan antara kayu yang masuk kriteria diterima atau ditolak.
Adapun kriteria
yang ditolak produksi kayu tersebut adalah sebagai berikut ;
1.
Produksi
yang pecah / patah
2.
Produksi yang kena
jamur / kapang
3.
Produksi yang
retak-retak
4.
P
r o d u k s i y a n g p ulu r
3.4.
Metode
Pengumpulan Data
Untuk
mendapatkan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode dimana
dipandang perlu dan yang paling baik pemakaiannya. Ini semua tergantung dari
data apa yang diselidiki dengan menghitung situasi dan kondisi penelitian.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan cara pengumpulan data melalui :
a.
Penelitian Kepustakaan
Adalah
untuk mendapatkan data-data skunder melalui buku-buku literatur, peraturan
pemerintah, brosur serta tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
b.
Penelitian Lapangan
Untuk
memperoleh data yang lebih lengkap dan nyata dalam hubungan dengan skripsi ini
penulis menentukan objek penelitian pada PT. Mutara Nauli. Dalam melakukan
penelitian lapangan ini dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1.
Wawancara
Tehnik
ini dilakukan lansung dengan mewawancarai kepada pimpinan dan karyawan PT.
Mutara Nauli yang ada hubungannya dengan data yang diperlukan dalam penelitian.
2.
Observasi
Tehnik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap ha.l-hal yang berkaitan
dengan objek penelitian.
Observasi ini dilakukan guna
mendapatkan data mengenai perkembangan pengawasan mutu terhadap peningkatan
volume produksi kayu di PT.Mutara Nauli
3.
Survey
Tehnik pengumpulan
data yang berupa laporan,
dokumen, catatan perusahaan
sebagai data pelengkap.
3.5.
Metode Analisis
Metode analisa
yang digunakan dalam pembahasan permasalahan ini adalah sebagai berikut :
a.
Analisa Kualitatif
Yaitu dilakukan
dengan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan yang
sedang diteliti.
b.
Analisa Kuantitatif
Yaitu analisa
yang berbentuk angka-angka, dalam hal ini menggunakan beberapa metode yaitu :
1.
Metode Control Chart
Proportion ( P - Chart )
Penggunaan metode ini adalah didasarkan atas persentase produk
yang rusak atau menyimpang dari
standar mutu yang telah
ditentukan. Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetaui apakah penyimpangan mutu masih dalam
batas pengendalian atau tidak Rumus yang digunakan dalam perhitungan P-Chart
adalah :
UC1 =
+ 3
LCI = - 3
dimana :
UC1 =
Upper Control limit ( batas atas pengendalian).
LCI =
Lower Control limit ( batas bawah
pengendalian )
=
mean kerusakan =
X = banyaknya barang yang rusak
n = banyaknya produk yang diamati
= Standar Deviati atau penyimpangan
rata-rata dari distri
busi
samping terhadap standar mutu yang telah di tetapkan
Sukanto dan Indriyo (1989 : 252).
c.
Metode Analisa Chi -
Square Test
yaitu untuk
pengujian hipotesa berdasarkan
penyelidikan lebih dari 2 dimana
sampel langkah-langkah yang diambil adalah
sebagai berikut:
1.
Menentukan -formulasi
hipotesa nihil dan Hipotesa Alternatif.
H0 : P1 =
P2 = …………………= Pk ( =p )
H1 : P1 ≠
P2 = …………………= Pk ( ≠p)
2.
Memilih level of significant tertentu
3.
Kriteria Pengujian
H0 diterima
apabila X2 ≤ X2 (α : k
- 1)
H0 ditolak
apabila X2 > k2 (α :
k - 1)
Berbagai nilai X2 dengan tertentu (X2
0,05, X2 0,025, X2 0,01) dan degree of freedom tertentu dapat
dilihat pada tabel X2..isi
4.
Dari sampel yang
diambil atau dari hasil
pengamatan yang dilakukan kemudian dihitung. nilai X2, yang rumusnya
sebagai berikut :
X2 =
Dimana :
i = 1,2
j = 1,2 ……………………. K
nij = Actual Frequencies /
Observed Frequencies
eij = Expecied Frequencies / Theoritical
Frequencies
Sedangkan untuk
proporsi (p) dapat di estimasikan dengan proporsi kombinasi dari k sampel
sebagai berikut : isi
P =
Dan untuk
expecied frequencies dapat dihitung dengan :
e11 = p.n.1
=
e21 = n.1 -
e12 =
e22 = n.2 - dan seterusnya
5.
Kesimpulan
Dengan
membandingkan hasil perhitungan dalam langkah 4 dengan kriteria pengujian dari
langkah 3, diambil kesimpulan apakah Ho diterima atau ditolak
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ahyari, Manajemen Produksi, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1981.
Basu Swastha, Azas-azas Manajemen, Alumni Bandung,
1983.
Djawanto dan
Pangestu, Statistik Induktif, BPFE
Yogyakarta, 1985.
M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia,
1988.
Masri
Singaribun, Metode Penelitian, LP3ES,
1986.
Samsubar Saleh, Statistik Induktif, Liberty Yogyakarta,
1986.
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi Manajemen, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1981.
Sukanto dan
indriyo, Manajemen Produksi, BPFE
Yogyakarta, 1986.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbitan
FakultasPsikologi UGM,
1987.
Soekarno K, Dasar-dasar Manajemen, Miswar, Jakarta,
1986.
Sofyan Assauri, Manajemen Produksi, FEUI, 1980.
Winardi, Azas-azas Manajemen, Alumni Bandung,
1983.
0 Comments:
Post a Comment